Selasa, 22 Agustus 2017

Pagi Itu: Sebenarnya Kenapa?



Hari ini hari sabtu. Aku masih seperti kemarin. Datang lebih awal ke sekolah. Aku memang jarang terlambat bahkan mungkin tidak pernah. Aku sering tiba di sekolah di saat belum ada sama sekali siswa bahkan rekan guru. Namun kali ini bukan aku yang membawa kunci ruangan kantor. Kunci kantor kemarin sengaja ku titipkan pada salah satu rekan guru, yang mungkin ia akan sedikit terlambat datang. Akibatnya aku tidak bisa masuk ke dalam ruanganku.
Menanti kunci datang, aku berkeliling sekolah dan mengecek setiap ruangan. Ku perhatikan baik-baik detail demi detail setiap aset sekolah. Ternyata banyak sekali yang berubah. Bangku dan meja yang dulunya mulus, sekarang sudah mulai ada coretan, beberapa diantaranya sudah mulai rusak namun masih bisa dipakai. Aku menemukan benda-benda itu di dalam ruang kelas yang kotor. Memang tidak kotor sekali, namun banyak sampah plastik dan kertas yang bertebaran hampir memenuhi setiap sudut kelas. Sungguh sedikit miris dengan itu. Padahal mereka sudah ada jadwal piket setiap hari. Tapi mengapa belum ada yang datang membersihkan. Aku adalah salah satu peran yang selalu mengingatkan untuk menjaga keutuhan aset sekolah dan kebersihan sekolah merasa gagal mentransformasikan informasi ini kepada mereka.
Setelah berkeliling seluruh ruangan yang pintunya terbuka lebar, langkahku terhenti di gudang kosong yang sama sekali belum difungsikan. Aku melihat gudang yang sebulan lalu masih bersih, kini telah dipenuhi dengan lukisan dan tulisan-tulisan yang membuat pembacanya merasa jijik. Ah, apa yang salah sebenarnya? Kenapa siswa sekarang lebih memilih media tembok untuk menuangkan idenya dibandingkan di buku tulis. Sementara buku yang mereka sudah siapkan dari rumah untuk keperluan tulis menulis sama sekali belum tergores oleh pena. Haruskah aku mengarahkan mereka untuk mengganti buku mereka dengan tembok? Mungkin ketika mereka membawa tembok ke sekolah sebagi media tulis mereka, mereka akan lebih aktif belajar dan akan lebih kreatif. Walah, It is such the stupid thinking. Bukan hanya permasalan cret mencoret dinding saja, tulisan dan gambar yang tersaji itu loh, benar-benar memalukan. Kesemuanya itu menampar keras pikiran dan jiwaku, inikah bentuk kegagalan guru mendidik siswa? Setahuku kami tak pernah mengajarinya tentang hal bodoh seperti ini. Semoga tuhan memaafkan kami.
Aku keluar dari gudang, sudah ada beberapa siswa yang mulai berdatangan. Segera ku arahkan mereka memunguti sampah plastik yang tececer di depan kelas mereka masing-masing dan aku pun turut. Berharap pengarahan setiap pagi seperti ini dapat membiasakan mereka untuk menjaga kebersihan sekolah.
To be continued.....
*Tulisan merupakan tulisan perdana lagi setelah absen belajar menulis beberapa tahun. Mohon dikoreksi dan diberi saran, baik dari segi tata cara penulisan, pemilihan kata, penyajian dan lain-lain.

Rabu, 14 Agustus 2013

streeess

Harus bagaimana aku mengungkapkan semua ini,, masalah dan maslah selalu saja datang bertubi-tubi menghampiriku... semuanya sudah saya lakukan untuk menghadapi semua itu, cara ini, cara itu, namun aku belum kehabisan cara untuk itu,,, aku yakin ada jalan dari semua ini namun aku belum tahu dan fahami,,, atu mengkin aku belum bisa menerapkannya dalam pemecahan masalah itu....


Bukan masalah besar yang ku alami, tapi ini menyangkut masa depanku... Mulai dari masalah penurunan IP-ku, masalah HATI, masalah tempat tinggalku di kota ini dan masalah masalah lainnya yang tak terkira. Aku merasa semua hal itu sangat penting walaupun tak terlalu besar. Aku tahu masalah ini bersumber dari diriku sendiri, aku belum bisa bertanggung jawab atas diriku sendiri.


Ya, entahlah lepas ini aku harus bagaimana, tapi yang jelasnya saya masih nyaman hidup di asrama, walaupun harus gelap-gelapan selama tinggal di sana. Lagi-lagi kata tapi harus ku ucap, Tapi sayang saya harus angkat kaki dari sana mengingat masaku yang telah habis. Aku akan sangat merindukan saat saat kebersamaanku dng teman-temanku di sana nantinya.

Senin, 10 Juni 2013

Karenamu( KL ) Aku Begini

Salahku padamu tak terkira
Namun sayangku lebih besar dari salahku
Salah satu kesalahanku yang terbesar karenamu
Mencintai seseorang selayakmu yang tak terkira
Aku TAK PANTAS menginginkanmu

Seharusnya perasaan itu tak perlu timbul
harusnya ku dapat menguasai nafsuku
Musuh terbesar dalam hidup manusia
yang tak dapat ku taklukkan

Kau begitu indah hingga sulit tuk hilangkanmu dari pikiranku, benakku dan seluruh hidupku.


Jangan pernah jauhi hatiku
Ku akan selalu merindukan hatimu
yang lembut dan selalu ingatkanku
pada Tuhan kita yang Esa

Saat Kalut

Entah aku yang bodoh karena modernisasi,,,,
atau aku ingin dikata atas keadaanku yang terlalu sangat-sangat jauh mendekati kesempurnaan.
Satu tanya dariku yang saat ini mendapat jawaban pasti.
Mengapa aku bisa menyayangimu dan sulit melepasmu, sementara pertemuan kita secara langsung hanya sekilas dan sekali, itupun hanya berpapasan saja.
Yang mempertemukan kita hanyalah udara-udara dan gelombangnya.
Dari mana tumbuhnya benih cinta itu ????