Hari ini hari sabtu. Aku masih seperti kemarin. Datang lebih
awal ke sekolah. Aku memang jarang terlambat bahkan mungkin tidak pernah. Aku
sering tiba di sekolah di saat belum ada sama sekali siswa bahkan rekan guru.
Namun kali ini bukan aku yang membawa kunci ruangan kantor. Kunci kantor
kemarin sengaja ku titipkan pada salah satu rekan guru, yang mungkin ia akan
sedikit terlambat datang. Akibatnya aku tidak bisa masuk ke dalam ruanganku.
Menanti kunci datang, aku berkeliling sekolah dan mengecek
setiap ruangan. Ku perhatikan baik-baik detail demi detail setiap aset sekolah.
Ternyata banyak sekali yang berubah. Bangku dan meja yang dulunya mulus,
sekarang sudah mulai ada coretan, beberapa diantaranya sudah mulai rusak namun
masih bisa dipakai. Aku menemukan benda-benda itu di dalam ruang kelas yang
kotor. Memang tidak kotor sekali, namun banyak sampah plastik dan kertas
yang bertebaran hampir memenuhi setiap sudut kelas. Sungguh sedikit miris
dengan itu. Padahal mereka sudah ada jadwal piket setiap hari. Tapi mengapa belum ada yang datang membersihkan. Aku adalah salah satu peran yang selalu mengingatkan untuk menjaga keutuhan
aset sekolah dan kebersihan sekolah merasa gagal mentransformasikan informasi
ini kepada mereka.
Setelah berkeliling seluruh ruangan yang pintunya terbuka
lebar, langkahku terhenti di gudang kosong yang sama sekali belum difungsikan.
Aku melihat gudang yang sebulan lalu masih bersih, kini telah dipenuhi dengan
lukisan dan tulisan-tulisan yang membuat pembacanya merasa jijik. Ah, apa yang
salah sebenarnya? Kenapa siswa sekarang lebih memilih media tembok untuk
menuangkan idenya dibandingkan di buku tulis. Sementara buku yang mereka sudah
siapkan dari rumah untuk keperluan tulis menulis sama sekali belum tergores
oleh pena. Haruskah aku mengarahkan mereka untuk mengganti buku mereka dengan
tembok? Mungkin ketika mereka membawa tembok ke sekolah sebagi media tulis
mereka, mereka akan lebih aktif belajar dan akan lebih kreatif. Walah, It is
such the stupid thinking. Bukan hanya permasalan cret mencoret dinding saja,
tulisan dan gambar yang tersaji itu loh, benar-benar memalukan. Kesemuanya itu
menampar keras pikiran dan jiwaku, inikah bentuk kegagalan guru mendidik siswa?
Setahuku kami tak pernah mengajarinya tentang hal bodoh seperti ini. Semoga
tuhan memaafkan kami.
Aku keluar dari gudang, sudah ada beberapa siswa yang mulai
berdatangan. Segera ku arahkan mereka memunguti sampah plastik yang tececer di
depan kelas mereka masing-masing dan aku pun turut. Berharap pengarahan setiap
pagi seperti ini dapat membiasakan mereka untuk menjaga kebersihan sekolah.
To be continued.....
*Tulisan merupakan tulisan perdana lagi setelah absen belajar menulis beberapa tahun. Mohon dikoreksi dan diberi saran, baik dari segi tata cara penulisan, pemilihan kata, penyajian dan lain-lain.
*Tulisan merupakan tulisan perdana lagi setelah absen belajar menulis beberapa tahun. Mohon dikoreksi dan diberi saran, baik dari segi tata cara penulisan, pemilihan kata, penyajian dan lain-lain.